Self love atau mencintai diri sendiri menjadi perbincangan yang ramai di kalangan remaja. Bahkan, kata self love kerap kali terdengar dari anak-anak sekolah dasar. Jadi, apakah makna self love? Siapa saja yang harus self love?
Dilansir dari website kemdikbud, “Self love artinya mencintai diri sendiri, tetapi bukan berarti memenuhi diri dengan segala keinginan. Self love mengharuskan kita untuk memperlakukan dan menerima diri sendiri dengan baik dan apa adanya. Selain itu juga merupakan aspek penting dari kesehatan mental. Saat self love diterapkan, kita akan merasa lebih mudah untuk berpikir positif, termasuk saat marah, kecewa, atau sedih, karena hal tersebut adalah bentuk dari penerimaan diri.”
Mencintai diri sendiri tentunya suatu hal yang harus menjadi prioritas kita semua, baik dari kalangan remaja hingga lanjut usia. Namun, jangan samakan self love dengan self narsis dan self first, ya.
Hati-hati dalam membedakannya. Mencintai diri bukan berarti kita menjadi egois dan tidak peduli pada lainnya. Kita juga harus tetap aware terhadap lingkungan sekitar dan berempati pada orang yang memerlukan pertolongan kita.
Apa sih pentingnya self love?
Banyak sekali manfaat ketika kita bisa mencintai diri sendiri dengan utuh. Menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri secara sadar penuh dapat meningkatkan kesehatan mental kita. Pun juga berdamai dengan segala yang terjadi dalam hidup kita. Hidup akan terasa lebih ringan jika kita bisa menerimanya. Beban-beban di pundak seakan luntur sudah.
Praktiknya memang tidak semudah itu, apalagi saat ini kita dihadapkan dengan begitu banyak paparan media sosial yang tidak jarang membawa dampak negatif bagi diri, termasuk yang dinamakan insecure. Insecure berarti merasa tidak nyaman dengan suatu kondisi. Contoh yang sering terjadi adalah perempuan yang insecure dengan warna kulitnya, bentuk badannya, mukanya, dan masih banyak lagi. Kondisi tersebut bisa berasal dari lingkungan maupun paparan media sosial tadi. Atau laki-laki yang insecure karena tinggi badannya, pekerjaannya, dan lainnya.
Terlalu banyak informasi yang disuguhkan di media sosial, termasuk standar-standar kecantikan yang diunggah oleh orang lain, membuat diri terhanyut ikut dalam standar mereka. Padahal, kenapa kita harus mengikuti mereka? Tidak ada untungnya mengikuti perkataan orang lain yang justru mengarahkan kita pada hal yang buruk. Jangan semua perkataan orang diserap mentah-mentah, ya Kawan! Pilihlah yang baik menurutmu dan membangunmu, abaikan yang hanya mengolok-ngolok agar hidup lebih tenang.
Kita hidup memiliki standar, mimpi, dan pencapaian masing-masing. Oleh karena itu, sayangi diri dan jangan siksa diri dengan hal-hal yang tidak ada manfaatnya untuk perkembangan diri kita demi mengikuti kemauan orang lain. Dari pada mendengarkan omongan orang lain yang tidak ada gunanya, lebih baik kita introspeksi diri dan upgrade diri dengan skill baru.
Masalah fisik yang tak bisa diubah, mari kita syukuri nikmat Tuhan dan rawat sebaik mungkin. Sedangkan untuk hal-hal lain yang membuat kita tidak mencintai diri kita, mari kita benahi sebagai bentuk tanda cinta terhadap diri sendiri.
Sebelum memberikan cinta pada makhluk lain, sebaiknya kita selesaikan urusan mencintai diri sendiri dulu. Hanya Tuhan dan kita yang dapat menyelamatkan diri di kala semua orang pergi menjauh. Pun ketika kita nanti pergi meninggalkan dunia, hanya tersisalah diri kita seorang. Jadi, mari kita biasakan untuk lebih mengandalkan diri ini dibanding orang lain.
Memang cinta terbesar adalah cinta Tuhan kepada makhluk-Nya. Meskipun orang tua, pasangan, teman, ngakunya cinta kepada kita tapi suatu saat pasti cinta mereka akan pudar. Cinta makhluk lain bisa begitu saja mengecewakan. Dan di sana lah diri ini berperan penting untuk tetap mencintai diri kita sendiri secara penuh.
Nyatanya, mencintai diri tidak lah mudah. Butuh latihan dan proses untuk sampai bisa sangat mencintai diri sendiri. Biasanya tahap seseorang akhirnya bisa belajar untuk lebih mencintai dirinya adalah saat-saat titik rendahnya atau ditinggalkan orang yang begitu dia sayangi.
Ketika sudah tidak ada makhluk yang digantungkan, maka secara naluriah, manusia akan mengandalkan dirinya sendiri. Ini bisa menjadi bagian dari bentuk latihan untuk mencintai diri sendiri. Sembuh sendiri. Bangkit sendiri.
Mungkin bisa dikatakan self healing juga merupakan bagian dari self love, atau sebaliknya tergantung kondisi. Misalnya, berupaya untuk bangun dari trauma yang menyakitkan dengan cara mencintai diri lebih banyak. Memberikan banyak waktu untuk lebih memahami setiap bagian dari diri kita (self awareness). Dengan self love, kita juga jadi mengerti emosi apa yang sedang kita rasakan. Sedih, kecewa, bahagia, marah, sendu, dan lain sebagainya. Sehingga kita juga bisa mengatasi emosi-emosi yang sedang dirasakan. Misalnya, "Aku sedih, langkah apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi kesedihan ini?".
Mencintai diri tidak harus selalu memberi reward yang mahal-mahal. Bisa dimulai dari hal-hal yang ringan, sesimpel rajin olahraga dan makan-makanan yang bergizi agar tubuh kita sehat. Ketika tubuh kita sehat, maka otak dan fisik kita bisa produktif lebih maksimal.
Zalim terhadap diri sendiri juga merupakan sesuatu yang dilarang setiap agama dan kepercayaan, bukan? Mari kita cintai diri ini, lepaskan yang membuat kita sakit. Terkadang melepaskan adalah cara terbaik untuk sembuh.
Slow down
Take a deep breath
Love yourself more
Take your time
Heals
❤️
~NR30082024~
Komentar
Posting Komentar