Probabilitas Kehidupan

 


Bertambahnya umur, semakin mengerti pula bahwa kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam hidup ini sulit diukur oleh kalkulasi manusia. 

Tak seperti yang dirasakan dulu saat belum menghadapi kenyataan hidup. Dulu berpikir, hidup ini adalah sebuah sebab-akibat yang mutlak. 

"Aku rajin - aku pandai". - Rajin pangkal pandai

"Aku hemat - aku kaya". - Hemat pangkal kaya

"Aku boros - aku miskin".

Semua itu seperti pepatah yang kita yakini dahulu. Nyatanya, seiring perjalanan hidup yang semakin panjang, pepatah-pepatah itu relatif terhadap kondisi. Banyak orang yang rajin tapi tidak pandai. Banyak pula orang hemat tapi tidak lekas kaya. Justru yang boros beli ini beli itu, tapi uang tetap melimpah.

Probabilitas kehidupan ini relatif dan sulit ditebak memang. Bukan berarti jika kita ingin kaya kita tidak boleh hemat ya, Kawan. Cakupan dan pandangan hidup ini ternyata luas sekali. Tidak melulu klausal jika A maka B. Bisa saja jika A maka C, D, E, dan seterusnya.

Meskipun sudah dipastikan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan, itu pun tidak ujug-ujug solusi langsung datang setiap kali kita ada masalah, kan? Ada kalanya kita harus bersabar, namun yang jelas memang pasti akan ada pertolongan-Nya, untuk waktunya hanya Dia yang tahu.

Pengalaman hidup yang semakin banyak, mengajarkan kita untuk memandang suatu persoalan dari berbagai sudut pandang. Mengajarkan kita untuk tidak cepat menerka atas apa yang terjadi. Mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap suatu penyelesaian masalah. 

Mungkin sering terjadi juga pada Kawan semua, di mana keinginan kita tidak selalu linear dengan yang terjadi. Dengan meluaskan cakupan pandangan kita dan memahami bahwa berbagai probabilitas dari keinginan atau bahkan usaha keras memiliki hasil yang bervariasi, maka dalam menjalani hidup akan terasa lebih ringan (meskipun tetap dirasa sulit adanya). 

Terkadang kita terpaut dengan ekspektasi yang terlalu berlebihan. Alih-alih menerima hasilnya dengan legowo, yang ada malah sudah terlanjur menebak ending-nya tanpa meluaskan hati dan pikiran terlebih dahulu. Berekspektasi terhadap suatu hal memang tidak apa-apa, tapi jangan berlebihan, dan selalu sisakan ruang untuk kecewa.

Atau kadang kita sudah takut terlebih dahulu melakukan suatu hal tanpa mencobanya. Sudah menebak hasilnya akan buruk misalnya, sehingga tidak berani mencoba. Salah satu bekal hidup itu adalah "bravery" atau keberanian. Berani mengambil risiko, berani menerima tantangan, berani untuk menghadapi ketakutan, berani menerima kenyataan, berani mengambil keputusan besar, berani mengambil langkah.

"We never knew until we try."

Apabila hal itu positif, beranilah mengambil langkah, yakin bahwa Dia selalu membersamai niat baik kita. Pertolongan-Nya itu selalu ada dan tidak pernah terlambat. Berani dulu, usaha dulu, perkara hasil, sudah sepantasnya kita serahkan pada-Nya.

Dalam kehidupan, probabilitas adanya kesedihan, kecewa, dan gagal itu pasti ada. Tapi, probabilitas untuk bisa bahagia, mendapatkan kondisi yang lebih baik, dan berhasil atas suatu perjuangan juga pasti ada. Jika tidak hari ini, mungkin besok. Jika tidak besok, mungkin besoknya lagi, dan seterusnya. Jangan berhenti berharap pada Allah. Nyalakan terus api harapmu itu.

Semoga tulisan singkat ini bisa bermanfaat untuk Kawan semua. Kalau kiranya ada kebaikan, datangnya dari Allah, jika ada kekurangan atau tidak sependapat silakan untuk menuliskannya di komentar, ya. Jangan sungkan-sungkan untuk berdiskusi. 😁

~NR15082024~


Komentar