Hidup Itu Pilhan, Pilhan Itu Hidup

 


"Life is full of choices."
Ya, hidup memang dipenuhi oleh banyak sekali pilihan. Pilihan menjadi baik atau buruk, menderita atau bahagia, menangis atau tertawa, terbangun atau terlelap, menjadi sehat atau tak sehat, rajin atau malas, berdiri atau duduk, pintar atau bodoh, rusak atau terbentuk, dan seterusnya. Mau tidak mau otak kita dipaksa untuk memilih jutaan hal yang ada di hadapan kita. 

Nyatanya menentukan pilihan tidak gampang. Di balik sebuah pilihan, ada pilihan-pilihan yang mengharuskan kita untuk mengambil keputusan. Misalnya kita memilih A, pasti ada alasan mengapa kita memilih A, sedangkan alasan tersebut berasal dari banyak sekali pilihan, bukan?

Segala keputusan yang akhirnya kita ambil pun, tak menjadikan jalan hidup kita selalu lurus dan mulus. Kita memilih sehat juga sulit, memilih tidak sehat juga sulit. Menjadi manusia yang sehat, tentu perlu upaya. Kita harus merelakan waktu untuk lebih banyak olahraga, makan-makanan yang sehat, dan menjaga pikiran tetap sehat. Sedangkan menjadi tidak sehat, mungkin awalnya bisa santai dan sembarangan semau kita untuk makan apa saja, namun upayanya di akhir, apabila sakit kita harus membuang waktu untuk ke dokter, merelakan uang untuk membeli obat, dan sebagainya. Jadi, keduanya merupakan buah dari keputusan kita. Tinggal kita mau memilih kesulitan yang mana.

Dari segala bentuk pilihan dan keputusan, sebenarnya seberapa persen otak kita mampu mengontrol? Mungkin dengan kesadaran penuh, hanya sekitar 1% yang bisa kita kontrol. Keputusan detaknya jantung, kembang-kempisnya paru-paru, kinerja segala organ dalam, bahkan kedipan mata pun tidak bisa kita kontrol. Belum lagi datangnya kejadian-kejadian dalam hidup kita. Kita tidak bisa mengontrol dan memilih kapan datangnya pilihan dan keputusan yang kita ambil. Kita tidak bisa memilih suatu masalah datang atau tidak.

Sekian banyaknya pilihan dalam hidup ini, hal yang terpenting adalah dapat menentukan prioritas. Keputusan mana yang masuk ke dalam lingkaran bagian dalam, keputusan mana yang masuk lingkaran lebih luar, semakin luar dan seterusnya. Semakin keputusan itu kita letakkan di lingkaran paling dalam, itu lah yang prioritas.

Mengomentari kehidupan orang lain yang bahkan mereka tidak mengenal kita sama sekali, tentunya kita letakkan pada lingkaran luar paling jauh. Menanggapi omongan orang lain yang tidak ada manfaatnya, kita letakkan jauh-jauh pula. Diri sendiri, orang tua, dan keluarga terdekat sebaiknya kita masukkan pada lingkaran dalam. Dengan membuat lingkaran prioritas serta set boundaries (menentukan batasan), akan mengurangi pilihan-pilihan hidup. Pun harus memilih, setidaknya pilihan itu worth it untuk kita berikan keputusan.

Pertanyaannya, kenapa kita di dunia ini dihadapkan oleh begitu banyak pilihan? Jawaban klasiknya adalah semua yang Allah ciptakan pasti ada manfaatnya. Tidak ada kesia-siaan dari segala ciptaan-Nya, melainkan bertujuan agar kita sebagai manusia selalu mengingat pada pencipta. Sesederhana kita digigit nyamuk, pilihannya mau marah-marah atau menikmatinya saja? Mungkin dengan digigit nyamuk, kita jadi menyebut nama Sang Pencipta, "Ya Allah gatelnya digigit nyamuk", "Ya Allah nyamuknya kok banyak ya". Nah, jadi nyebut, kan? Itu baru nyamuk. Bahkan dari nyamuk, kita bisa merasakan kepuasan nikmatnya pas lagi nepok nyamuk, terus nyamuknya mati. Wah...

Segala hambatan atau obstacle yang ada di hidup kita, bisa jadi justru itu menjadi jalan terang. Tergantung bagaimana kita mengambil keputusan yang bijak dari pilihan yang disuguhkan.

Hidup itu pilihan, pilihan itu hidup. Dengan memilih, kita merasa hidup. Kalau hidup lurus-mulus saja, bagaimana kita bisa berkembang? Terkadang melewati persimpangan memang mengerikan, khawatir, apakah kita akan tertabrak atau salah memilih jalan. Di situ lah kita diberi tantangan untuk memilih. Memilih pun pasti ada tuntunannya (guidance), bukan? Saat kita tidak tahu jalan, kita mencari panduan lokasi dengan bantuan aplikasi Gmaps. Saat kita tidak tahu jalan hidup, jangan khawatir! Ada kitab suci kepercayaan masing-masing yang bisa dijadikan landasan tuntunan hidup.

We only die once. We live every day.

Kurang tepat rasanya kalau banyak orang bilang kita ini hidup hanya sekali. Kita hidup setiap hari dan mati hanya sekali. Putuskan dengan bijak pilihan-pilihan dalam hidup ini, agar kita tetap merasa "hidup".

Semoga bermanfaat.

~NR05092024~

Komentar