"Hard selling is not the best choice to sell."
Dalam dunia bisnis akan sering kita dengar istilah hard selling. Melansir dari DailySocial, hard selling adalah salah satu metode penjualan secara langsung, dengan tujuan mendesak konsumen untuk segera melakukan pembelian. Metode ini biasanya hanya bertahan untuk jangka pendek dan tidak dapat membangun hubungan dengan konsumen secara baik. Berbeda dengan metode soft selling, di mana cara ini dilakukan secara tidak langsung dan tidak mendesak konsumen. Tujuannya adalah membuat konsumen penasaran dan mengeksplor produk, sehingga dapat bertahan untuk jangka panjang. Kamu dapat melihat perbedaan antara keduanya pada gambar di bawah ini.
Jadi sudah tahu kan ya, mengapa hard selling bukan pilihan metode yang tepat untuk melakukan bisnis?
Ya, karena dengan sering menggunakan metode hard selling, konsumen pun bisa merasa bosan dan sulit untuk dapat membangun hubungan dengan konsumen untuk jangka panjang. Kemungkinan konsumen melakukan repurchase kecil, kecuali kita melakukan diskon besar-besaran secara terus menerus. Namun logikanya, pastilah kita tahu bahwa dengan melakukan diskon terus menerus, akan merugikan bisnis kita.
Perlu diketahui bersama bahwa dua metode penjualan di atas sebaiknya dikombinasikan dan tidak berdiri sendiri. Hard selling digunakan ketika ada event besar misalnya saat 17 Agustus, Hari Raya, dan lain-lain, sehingga dapat menarik konsumen secara masif. Sedangkan untuk metode soft selling, sebaiknya kita gunakan untuk membuat konten sehari-hari sebelum konten hard selling diluncurkan.
Sudah pernah mendengar istilah piramida content?
Strategi piramida content ini merupakan strategi pembuatan konten bisnis dengan memanfaatkan kombinasi antara hard selling dan soft selling. Terdapat tiga susunan pada piramida, yaitu (dari bawah) hygiene, hub, dan hero. Penjelasannya sebagai berikut.
Hygiene, merupakan konten rutin, berfungsi untuk membantu masalah keseharian target market, dibuat berseri setiap hari (tips-tips yang berhubungan dengan produk atau jasa bisnis yang sedang dijalankan).
Hub, merupakan konten penghubung yang berfungsi untuk membuat traget market ingat dan kembali secara rutin, bisa dibuat berseri setiap minggu (berupa latar cerita).
Hero, merupakan konten utama dimana titik ini adalah fase hard selling. Berfungsi untuk menyampaikan pesan utama dari brand, biasanya dipublikasikan secara besar pada event tertentu.
Nah, begitulah sedikit penjelasannya. Berikut contoh konten yang mungkin bermanfaat bagi teman-teman semua:
- How to: misalnya jika bisnis kamu adalah alat-alat elektronik seperti kulkas, mesin cuci, dan semacamnya, kamu dapat membuat konten cara membersihkan kulkas dengan efektif. Dengan membuat konten semacam ini, tentu akan sangat membantu audiens dalam kehidupan sehari-harinya dan akan membuat audiens mengingat brand kita dengan jangka panjang.
- Menghibur: misalnya dengan membuat meme yang lucu namun tetap meninggalkan pesan yang valuable (bernilai). Konten semacam ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia.
- Informasi produk: konten ini biasanya straight to product, menjelaskan kelebihan dan spesifikasi dari produk, serta fitur-fiturnya. Konten ini perlu dibuat agar dapat meyakinkan audiens bahwa produk kita mampu bersaing dengan produk serupa dari brand lain.
- Review atau unboxing: konten review diperlukan untuk meyakinkan audiens mengenai kapabilitas dari produk kita. Review yang baik, tentu baik bagi kita, namun jangan mengesampingkan review negatif dari audiens, karena justru ini akan membangun bisnis kita menjadi lebih baik. Kita dapat memanfaatkannya sebagai cara untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa kita.
Komentar
Posting Komentar