3 Level Manusia Berubah Menuju Kebaikan - My Opinion


img src: change4better.be

Your life does not get better by chance, it gets better by change.
Bagi kamu yang mungkin saat ini sedang galau akan masa depan, iri melihat kesuksesan teman-teman di media sosial, merasa hidup gini-gini aja. Yuk ikut aku sebentar, mungkin dengan membaca tulisan ini kamu jadi bisa menemukan dirimu dan bersemangat lagi :)

Tenang saja kawan, you're not the only one who feels like that. Aku merasakannya juga. Aku yang dulu sangat semangat beraktivitas dan penuh energi, tiba-tiba tidak bersemangat dan malah menjadi mageran, ya memang mageran sih dari dulu he he he cuma yang kali ini rasanya hilang semangat untuk belajar lagi.

Pada saat itu, hari-hariku sangat monoton. Mostly, kegiatanku hanya, kerja (aku seorang karyawati swasta yang sedang WFH)-nonton-tidur-bangun-kerja-looping. Nothing worth, nothing special. Ya, sesekali membaca buku. Awalnya, aku menikmatinya, hingga suatu waktu ada seseorang yang menamparku dengan kata-katanya. Sampai akhirnya aku tersadar harus berubah, mengubah kebiasaanku yang itu-itu saja menjadi setidaknya berguna untuk bekal masa depanku.
Karena, aku sadar bahwa kita menjadi lebih baik bukan karena kebetulan, tapi karena perubahan.
Berbicara tentang perubahan, menurutku ada 3 level manusia mau melakukan perubahan menuju kebaikan. *desclaimer: Ini hanya pendapatku dari apa yang aku alami, jika berbeda pandangan dan ingin menambahkan silakan yaa :)

Level 1:
Berubah karena orang lain.
Biasanya tahap awal seseorang berubah adalah karena perkataan orang lain, ntah karena malu dikatakan buruk atau karena ingin dipuji. Pada kondisi ini, bisa saja ketika dia sendirian masih melakukan hal-hal buruk, misalnya kembali ke aktivitas malasnya atau perbuatan buruk lainnya. Dan ketika terlihat orang lain, dia kembali melakukan hal baik lagi. Sebenarnya tidak ada yang salah pada level ini, namun lama-kelamaan seseorang tersebut pasti akan lelah sendiri menghadapi perkataan orang lain. Seolah-olah kita dikuasai orang lain, tidak berjalan di atas kemauan kita sendiri.

Level 2:
Berubah karena diri sendiri.
Ketika manusia sudah sadar akan hal baik dan buruk, bisa membedakan yang baik dan buruk, sadar jika kelakuan buruk akan membawa dampak negatif (mudharat) untuk kehidupannya di masa mendatang, maka dia akan berubah kepada hal yang lebih baik. Pada kondisi ini, tanpa dilihat orang lain pun (dalam kesendirian) dia akan tetap menghindari hal buruk dan terus berusaha melakukan kebaikan serta hal-hal positif. Perkataan orang lain tidak terlalu berpengaruh pada proses perubahannya.

Level 3:
Berubah karena Tuhannya:
Ini adalah level tertinggi manusia melakukan perubahan ke hal yang baik. Manusia berubah karena malu dengan Tuhannya. Malu karena merasa sudah diberikan nikmat yang berlimpah, namun tidak memanfaatkannya dengan maksimal. Kita sudah diberikan anggota tubuh yang lengkap, malu jika tidak dimanfaatkan untuk meng-explore seluruh ilmu dan nikmat yang Tuhan limpahkan pada dunia ini untuk kebaikan. Malu jika panca indera ini digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi maksiat. Nah, pada level ini, harusnya di mana pun seseorang berada, dia tidak akan berlaku buruk karena sadar betul bahwa Tuhan Maha Mengetahui dan Melihat. 

Logikanya, ketika kita diberi hadiah uang oleh bos kita di tempat kerja dan disuruh menggunakan uang tersebut untuk membeli makanan yang bergizi agar tubuh kita sehat, namun kita ketahuan bos malah menggunakannya untuk membeli makanan berlemak tinggi, makanan bergula tinggi, alkohol atau bahkan narkoba, pasti kita memiliki perasaan tidak enak, merasa bersalah, bahkan malu, kan? Nah, ke bos saja malu, kenapa kepada Tuhan justru tidak ada malunya? Padahal segala nikmat yang berlimpah ini datangnya dari Tuhan bukan bos.

Jadi, jika hari ini kita masih bermalas-malasan, apalagi hanya membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain tanpa adanya usaha dan perubahan, apa tidak malu sama Tuhan?

Melakukan perubahan tidak harus langsung sesuatu yang besar, loh! Perubahan kecil asal konsisten akan lebih baik dari pada sekali perubahan besar namun tidak dilakukan lagi.
Sesuatu yang besar dimulai dari hal kecil dan konsisten.
Perubahan kecil yang bisa dilakukan misalnya, mulai dengan bangun pagi, kemudian menentukan apa yang akan dilakukan hari itu. Dengan mengetahui apa yang akan dilakukan (menjadwal kegiatan di hari itu), maka waktu yang digunakan akan lebih jelas dan tidak terbuang sia-sia. Ingat pepatah lama, "Waktu adalah uang".

Atau jika terlalu berat, mulailah dengan, misal yang awalnya kamu minum air putih sambil berdiri, ubahlah dengan minum dengan posisi duduk, karena minum dengan posisi berdiri akan menurunkan kemampuan filtrasi ginjal kita.

Kalau kamu merasa lelah, kamu tidak harus terus berlari, sesekali jalan boleh, namun jangan berhenti, apalagi berhenti lama, bisa-bisa tidak lanjut. Setiap orang memiliki timeline-nya masing-masing. Tidak perlu iri atas pencapaian orang lain. Just do your best, and good things will come to you!

Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa menumbuhkan semangat kita bersama. Danke. Tschüss. 👋🏻

Komentar