img src: Adobe Stock
"Prayer is the world's greatest wireless connection - Fahruddin Faiz"
Doa adalah koneksi nirkabel terdahsyat antara kita dan Tuhan di dunia ini. Yups, kurang lebih begitulah artinya.
Bagi kita umat beragama, senjata terbesar dan terkuat kita memanglah doa. Sebenarnya, tanpa berdoa pun, Tuhan pasti mengerti apa yang kita mau, karena Dia Maha Mengetahui. Namun, mengapa kita tetap diperintahkan untuk berdoa? Karena Tuhan sayang dengan kita, Dia ingin kita membangun koneksi dengan-Nya. Dengan apa lagi kita dapat bercengkrama dengan Tuhan jika tidak melalui doa? Bahkan sholat pun (bagi muslim) isi bacaannya juga berupa doa-doa.
Seperti yang telah kita ketahui juga, bahwa Tuhan pasti mengabulkan doa kita, namun dengan beberapa kondisi:
- Langsung dikabulkan di saat itu juga.
- Ditunda dulu pengabulannya hingga kita siap.
- Digantikan dengan yang jauh lebih baik.
Wallahu a'lam.
Lantas, apakah doa-doa kita ini terkabulkan karena amalan kita?
Mungkin Kawan sering melihat posting-an di media sosial mengenai anjuran untuk mengamalkan sesuatu, kemudian amalan tersebut mengantarkan terkabulnya doa kita, bukan?
Misalnya, dengan membaca surat Waqiah sehabis sholat subuh akan melancarkan rezeki kita, dan lain sebagainya. Begitu banyak kita temui anjuran-anjuran amal seperti contoh tersebut.
Hal-hal tersebut adalah baik pastinya untuk dilakukan. Pertanyaan selanjutnya adalah "Apakah benar, doa-doa kita terkabul karena amalan kita tersebut?".
Menurut saya pribadi (jika berbeda pandangan tidak masalah, karena ini opini dan menyangkut keyakinan masing-masing), kesakralan doa dan amalan yang kita lakukan menjadi berkurang, jika kita berdoa dan beramal hanya karena menginginkan sesuatu dari Tuhan, khususnya jika permintaan kita hanya menyangkut kepentingan dunia semata.
Meskipun sebagai manusia biasa, umumnya kita menghadap dan semakin khusyuk berdoa meminta kepada Tuhan ketika kita dalam kondisi terpuruk, di bawah, sedih, banyak masalah. Sah-sah saja sebenarnya melakukan hal tersebut. Toh, saking baiknya Tuhan, Dia pun tetap senang jika kita mendekat pada-Nya hanya ketika butuh. Tapi, apa kita tidak malu?
Beramal dan berdoa sebanyak-banyaknya sangatlah bagus, mengikuti anjuran-anjuran amal untuk pengabulan doa dari Tuhan juga tidak salah. Poin pentingnya adalah, jangan sampai menganggap doa kita terkabul karena amalan-amalan kita. Bisa jadi hal tersebut akan menjerumuskan kita pada kesombongan. Sering saya lihat di media sosial, misalnya kurang lebih begini, "Eh guys, mau tau ga kenapa sekarang semua urusanku jadi lancar dan rezeki ngalir terus? Aku ngamalin xxx nih, coba deh!" atau "Ingin doa mudah terkabul, amalkan ini!.
Dapat kita simpulkan sejenak bahwa dia merasa doanya terkabul karena usaha melakukan amalan-amalan kepada Tuhan. Buruknya, hal ini membawa kepada ujub (sombong). Sejatinya keinginan, kemauan, kebutuhan, kita dicukupi dan dikabulkan Tuhan karena Tuhan begitu sayang kepada kita, makhluk-Nya. Hal ini yang coba saya sematkan dalam diri saya pribadi agar tidak terbawa kesombongan dan ingin mengajak Kawan semua juga. Jika ingin beramal, mari beramal tanpa mengait-ngaitkan besarnya amalan kita dengan terkabulnya doa-doa kita.
Doa memang bisa menjadi bentuk rayuan kita kepada Tuhan, doa bisa mengubah X menjadi Y, namun hanya jika Tuhan memang berkehendak, bukan karena jagonya kita berdoa.
Wallahu'alam semoga tulisan ini membuat kita semakin rendah hati dan tidak sombong atas pencapaian-pencapaian kita. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya dan dijauhkan dari sifat-sifat penyakit hati seperti sombong, iri, dengki, dan sebagainya. Semoga kita selalu mengagungkan doa untuk setiap harap kita kepada Tuhan.
Danke. Tschüss. 👋🏻
Komentar
Posting Komentar