Hai, Kawan!
Setiap orang pasti mengalami fase yang namanya quarter life crisis. Sebagian besar dari kita merasa berat saat melewati masa ini. Apa itu quarter life crisis?
Menurut Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, quarter life crisis sendiri merupakan periode dimana manusia mulai masuk masa dewasa. Krisis ini dianggap sebagai masa sulit yang dialami generasi usia 25-30 tahun, dimana kamu mungkin merasakan serangan emosional luar biasa yang datang dari dalam dan luar dirimu sehingga kamu menjadi cemas, tidak nyaman, kebingungan dengan arah hidup, merasa salah arah dan putus asa. Tidak hanya itu, orang yang mengalami quarter life crisis bahkan kerap mempertanyakan eksistensinya sebagai seorang manusia. Ada juga orang yang sampai merasa bahwa dirinya tidak memiliki tujuan hidup.
Perlu saya tekankan, bahwa saya bukan ahli psikologis. Di sini saya hanya akan berbagi cerita dan pengalaman mengenai fase quarter life crisis yang terjadi pada diri saya, serta bagaimana saya bisa bangkit dari hal-hal dan sifat yang menurut saya tidak baik jika dipelihara secara terus-menerus.
Di tanggal saya menulis, saat ini umur saya 26 tahun, seperempat abad. Setahun yang lalu, saya merasakan overthinking hampir setiap malam menjelang tidur. Suasana hati yang mudah berubah, sering menangis tanpa sebab, tidak percaya diri, selalu menyalahkan diri sendiri. Bahkan, pernah juga merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kesenangan.
Satu tahun berlalu, tentu tidak mudah bagi saya melewatinya, hingga akhirnya saya merasa berada di fase yang lebih baik dari waktu itu.
Saya sadar akan hal tersebut, dan sadar juga bahwa itu tidak baik untuk kesehatan mental saya. Oleh karena itu, saya mencoba hal-hal berikut untuk bangkit kembali dan menemukan diri saya yang "hilang".
- Memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Kita hidup dalam naungan Tuhan, kita bersandar dan berlaku karena Tuhan sayang dengan kita. Jika saya tiba-tiba merasa sedih, saya berusaha sesegera mungkin mengingat Tuhan. Karena saya muslim, biasanya saya langsung berwudhu dan melantunkan kalimat-kalimat pujian kepada Tuhan. Hal tersebut tidak langsung membuat masalah saya selesai, namun setidaknya membuat hati saya lebih tenang.
- Membaca. Membaca di sini adalah dalam konteks membaca apa pun; buku, artikel, situasi, diri, dan sebagainya. Kawan, biasanya rasa insecure, cemas, takut, dan iri, dikarenakan oleh minimnya pengetahuan kita terhadap sesuatu, loh! Misalnya, kita insecure dengan berat badan, mungkin ini terjadi karena ketidaktahuan kita tentang cara mencintai diri sendiri. Solusinya adalah dengan menambah wawasan mengenai cara mencintai diri sendiri melalui membaca buku, membaca referensi dari internet, dan sumber-sumber terpercaya lainnya. Begitu juga dengan rasa takut. Rasa takut timbul karena kita tidak mengetahui hal apa yang terjadi kedepannya, meskipun dengan membaca (misal: membaca situasi diri kita, membaca pengalaman orang, membaca lingkungan sekitar) kita tidak menjadi tahu apa yang terjadi di masa depan, setidaknya kita jadi mengerti apa saja yang perlu kita persiapkan untuk mengantisipasi hal buruk yang akan terjadi.
- Mendengarkan podcast. Membiasakan diri untuk mendengar cerita orang, ntah dalam bentuk cerita pengalaman hidup, pandangan orang terhadap sesuatu, dan obrolan-obrolan ringan. Dengan mendengarkan podcast, otak kita terstimulus untuk terus berpikir sehingga pikiran tidak melayang kemana-mana. Pun wawasan kita menjadi luas, sehingga bisa kita jadikan pengetahuan dan bekal kedepannya. Ambil yang menurut kamu sesuai dengan keyakinan dan kondisimu. Jika ada hal yang kurang sesuai, kamu tidak perlu menghakiminya yang justru menambah beban pikiranmu. Biarkan saja. Dari pada hanya berdiam diri, lebih baik sambil mendengarkan podcast, syukur-syukur kamu bisa fokus pada dua hal, misal bekerja sambil mendengar podcast.
- Menonton YouTube. Overall, hampir sama dengan mendengar podcast. Namun, karena YouTube lebih visual, kita bisa melihat tontonan lain yang lebih ringan, bukan hanya obrolan yang serius. Misalnya, kita bisa menonton channel humor yang bisa sesekali membuat kita tertawa. Hidup sudah berat, jangan dibuat makin berat. Bersantailah, sejenak! Nikmati humor gratis di YouTube atau aplikasi lainnya. Dengan membuat pikiran rileks, ini akan membangun kreativitas baru, membuat pikiran fresh, dan siap untuk kembali beraktivitas. Siap menghadapi proses pendewasaan. ☺️
- Sharing dengan teman. Jika kamu memiliki teman dekat atau teman senasib, berceritalah pada dia. Biasanya mereka akan memahami kondisi kita dan membantu memberikan motivasi dan pandangan baru tentang menjalani hidup. Kalau tidak punya teman, langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan menulis. Tulis apa pun yang sedang kamu rasakan saat itu! Menulis atau journaling sering digunakan psikolog sebagai metode terapinya. Menulis terbukti dapat melepaskan semua beban dalam pikiran kita.
- Memperbaiki hubungan dengan orang tua dan keluarga. Saya pernah ada di fase kurang memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, terutama ibu. Karena ibu saya sudah memasuki lansia dan kami terpaut usia yang cukup jauh. Ibu saya single parent, ayah sudah meninggal sejak saya kuliah. Saya anak terakhir dari tiga bersaudara, hanya saya yang di rumah merawat ibu saat itu. Selain mengurus keperluan rumah, saya juga bekerja (work from home). Terkadang saya bingung memahami apa yang beliau mau. Ketika saya sudah lelah, hal tersebut membuat saya sering marah dan membentaknya. Jika mengingat masa-masa itu, rasanya saya begitu berdosa dan malu sekali. Perlahan saya mencoba memahami apa yang beliau inginkan. Saya menurunkan ego dan berusaha menjelaskan apa yang saya ingin lakukan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh beliau. Tentunya, saya juga berdoa agar hati saya dilembutkan dan bisa semakin memperbaiki hubungan dengan orang-orang tersayang. Alhamdulillah, meski tidak mudah, saat ini saya bisa lebih memahaminya dan semakin menyayanginya. Rasanya sedih dan tidak tega jika suatu saat saya harus bermusafir ke tempat lain. Dengan memperbaiki kualitas hubungan kita dengan keluarga dan orang terdekat, sangat membuat hidup saya semakin tenang dan lebih menghargai hidup.
- Self love. Kalau membicarakan self love, sebenarnya akan cukup panjang, bisa jadi hingga satu buku kita bahas. Tapi, di sini kita akan bahas intinya saja. Terima dengan sepenuhnya kelebihan dan kekurangan diri ini. Eitss, dengan menerimanya bukan berarti kita tidak meningkatkan value kita ya! Memiliki kekurangan memang wajar, terima dulu apa saja kekurangan kita. Namun, jika kekuranganmu sudah mulai membuatmu insecure, overthinking, membandingkan dengan orang lain, ini lah saatnya kamu berubah. Tulis apa yang membuatmu insecure, jika perlu tulis semua kelebihan dan kekuranganmu! Langkah ini akan membuat kita mengetahui apa saja yang perlu kita ubah. Ubahlah sifat burukmu dan tingkatkan kelebihanmu! Berubah menjadi lebih baik bukan perkara bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau. Saya yakin, jika kita mengubah hal buruk dalam diri kita menjadi lebih baik, meskipun sedikit demi sedikit, hal ini akan membuat kita semakin cinta terhadap diri kita sendiri. Rayakan setiap bentuk kecil keberhasilan yang telah kamu buat! (merayakannya bisa dengan memuji diri sendiri, membelikan reward kecil agar semakin semangat berubah menjadi lebih baik, tapi dengan catatan jangan keterusan dan menjadikan sifat borosmu sebagai excuse, ya!). Ingat, bangga boleh, tapi jangan mudah puas dengan pencapaian kita! Ok?
- Ignorance. Jangan terlalu memedulikan perkataan orang! Jangan terlalu memedulikan pencapain orang! Jangan membanding-bandingkan kehidupanmu dengan orang lain! Hiduplah dalam koridor kehidupanmu sendiri! Karena kehidupan orang lain, perkataan orang lain, tidak berpengaruh dalam kehidupan kita. Sesekali jadikan mereka sebagai lahan kita untuk refleksi diri sehingga kita terus tumbuh menjadi pribadi yang semakin baik dan bernilai, jangan malah minder ya!
Komentar
Posting Komentar